Minggu, 07 November 2010

istana

Istana Negar
Istana negara di jalan Medan Merdeka Utara, Jakarta
Istana Negara dan Istana Merdeka yang berada di satu kompleks di Jalan Merdeka, Jakarta, tana Merdeka yang berada di satu kompleks di Jalan Merdeka, Jakarta, merupakan dua buah bangunan utama yang luasnya 6,8 hektare (1 hektare = 1 hektometer persegi = 10000 meter persegi) dan terletak di antara Jalan Medan Merdeka Utara dan Jalan Veteran, serta dikelilingi oleh sejumlah bangunan yang sering digunakan sebagai tempat kegiatan kenegaraan.
Dua bangunan utama adalah Istana Merdeka yang menghadap ke Taman Monumen Nasional (Monas)(Jalan Medan Merdeka Utara) dan Istana Negara yang menghadap ke Sungai Ciliwung (Jalan Veteran). Sejajar dengan Istana Negara ada pula Bina Graha. Sedangkan di sayap barat antara Istana Negara dan Istana Merdeka, ada Wisma Negara.
Pada awalnya di kompleks Istana di Jakarta ini hanya terdapat satu bangunan, yaitu Istana Negara. Gedung yang mulai dibangun 1796 pada masa pemerintahan Gubernur Jenderal Pieter Gerardus van Overstraten dan selesai 1804 pada masa pemerintahan Gubernur Jenderal Johannes Siberg ini semula merupakan rumah peristirahatan luar kota milik pengusaha Belanda, J A Van Braam. Kala itu kawasan yang belakangan dikenal dengan nama Harmoni memang merupakan lokasi paling bergengsi di Batavia Baru.
Pada tahun 1820 rumah peristirahatan van Braam ini disewa dan kemudian dibeli (1821) oleh pemerintah kolonial untuk digunakan sebagai pusat kegiatan pemerintahan serta tempat tinggal para gubernur jenderal bila berurusan di Batavia (Jakarta). Para gubernur jenderal waktu itu kebanyakan memang memilih tinggal di Istana Bogor yang lebih sejuk. Tetapi kadang-kadang mereka harus turun ke Batavia, khususnya untuk menghadiri pertemuan Dewan Hindia, setiap Rabu.
Rumah van Braam dipilih untuk kepala koloni, karena Istana Daendels di Lapangan Banteng belum selesai. Tapi setelah diselesaikan pun gedung itu hanya dipergunakan untuk kantor pemerintah.
Selama masa pemerintahan Hindia Belanda, beberapa peristiwa penting terjadi di gedung yang dikenal sebagai Istana Rijswijk (namun resminya disebut Hotel van den Gouverneur-Generaal, untuk menghindari kata Istana) ini. Di antaranya menjadi saksi ketika sistem tanam paksa atau cultuur stelsel ditetapkan Gubernur Jenderal Graaf van den Bosch. Lalu penandatanganan Persetujuan Linggarjati pada 25 Maret 1947, yang pihak Indonesia diwakili oleh Sutan Syahrir dan pihak Belanda diwakili oleh H.J. van Mook.
Pada mulanya bangunan seluas 3.375 m2 berarsitektur gaya Yunani Kuno ini bertingkat dua. Tapi pada 1848 bagian atasnya dibongkar; dan bagian depan lantai bawah dibuat lebih besar untuk memberi kesan lebih resmi. Bentuk bangunan hasil perubahan 1848 inilah yang bertahan sampai sekarang tanpa ada perubahan yang berarti.
Sebagai pusat kegiatan pemerintahan negara, saat ini Istana Negara menjadi tempat penyelenggaraan acara-acara yang bersifat kenegaraan, antara lain pelantikan pejabat-pejabat tinggi negara, pembukaan musyawarah dan rapat kerja nasional, kongres bersifat nasional dan internasional, dan jamuan kenegaraan.
Karena Istana Rijswijk mulai sesak, pada masa pemerintahan Gubernur Jenderal J.W. van Lansberge tahun 1873 dibangunlah istana baru pada kaveling yang sama, yang waktu itu dikenal dengan nama Istana Gambir. Istana yang diarsiteki Drossares pada awal masa pemerintahan RI sempat menjadi saksi sejarah penandatanganan naskah pengakuan kedaulatan Republik Indonesia Serikat (RIS) oleh Pemerintah Belanda pada 27 Desember 1949. Waktu itu RI diwakili oleh Sri Sultan Hamengkubuwono IX, sedangkan kerajaan Belanda diwakili A.H.J Lovinnk, wakil tinggi mahkota Belanda di Indonesia.
Dalam upacara yang mengharukan itu bendera Belanda diturunkan dan Bendera Indonesia dinaikkan ke langit biru. Ratusan ribu orang memenuhi tanah lapangan dan tangga-tangga gedung ini diam mematung dan meneteskan air mata ketika bendera Merah Putih dinaikkan. Tetapi, ketika Sang Merah Putih menjulang ke atas dan berkibar, meledaklah kegembiraan mereka dan terdengar teriakan: Merdeka! Merdeka! Sejak saat itu Istana Gambir dinamakan Istana Merdeka.
Sehari setelah pengakuan kedaulatan oleh kerajaan Belanda, pada 28 Desember 1949 Presiden Soekarno beserta keluarganya tiba dari Yogyakarta dan untuk pertama kalinya mendiami Istana Merdeka. Peringatan Hari Proklamasi Kemerdekaan Indonesia 17 Agustus di Istana Merdeka pertama kali diadakan pada 1950.
Sejak masa pemerintahan Belanda dan Jepang sampai masa pemerintahan Republik Indonesia, sudah lebih dari 20 kepala pemerintahan dan kepala negara yang menggunakan Istana Merdeka sebagai kediaman resmi dan pusat kegiatan pemerintahan negara.
Sebagai pusat pemerintahan negara, kini Istana Merdeka digunakan untuk penyelenggaraan acara-acara kenegaraan, antara lain Peringatan Detik-detik Proklamasi, upacara penyambutan tamu negara, penyerahan surat-surat kepercayaan duta besar negara sahabat, dan pelantikan perwira muda (TNI dan Polri).
Bangunan seluas 2.400 m2 itu terbagi dalam beberapa ruang. Yakni serambi depan, ruang kredensial, ruang tamu/ruang jamuan, ruang resepsi, ruang bendera pusaka dan teks proklamasi. Kemudian ruang kerja, ruang tidur, ruang keluarga/istirahat, dan pantry (dapur).
Sepeninggal Presiden Soekarno, tidak ada lagi presiden yang tinggal di sini, kecuali Presiden Abdurrahman Wahid dan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY). Presiden Soeharto yang menggantikan Soekarno memilih tinggal di Jalan Cendana. Tapi Soeharto tetap berkantor di gedung ini dengan men-set up sebuah ruang kerja bernuansa penuh ukir-ukiran khas Jepara, sehingga disebut sebagai Ruang Jepara serta lebih banyak berkantor di Bina Graha.

foto jakarta zaman dahulu


Tanjung Priok (1935)
  

Gereja Sion 1695
  

Rijswijk di Harmonie 1875
  

Koningsplein 1935
  

Jl Prapatan (1865)
  

Jalan Salemba menuju Meester (1880)
  

Gang Patjenongan te Batavia (1880)
  

Gardu di Mester (1880)
 1 Comment 

Gereja Katolik Batavia (1880)
  

Gimnasium Willem III di Salemba (dulu)
  

Glodok (1890)
  

Gunung Sahari --- Pasar Baroe
  

Gunung Sahari
  

Kali Besar
  

Kramatburg bij Pasar Senen
  

Pabrik Gas di Ketapang
  

Pasar Baru (1898)
  

Pasar Baru (1900)
  

Hotel des Indes (Duta Merlin)
  

Pasar Baru (1901)
  

Pasar Baru (1910)
  

Pasar baru (1915)
  

Pasar Baru (1920)
  

Pasar Baru (1935)
  

Pasar Baru dari atas (1940)
  

Pecinan Glodok (1872)
  

Rumah Raden Saleh (RS Raden Saleh)
  

Toko Tiga
  

Pancoran taon 1970
 1 Comment 

Pancoran 2004
 1 Comment 

gereja emmanuel ?
  

image040.jpg
  

kantornya bangyos ?
  

istana negara ?
  

Batavia, stadhuis
  

image047.jpg
  

Michielsmonument, Batavia 1890
  

Paleis Koningsplein
  

Rumah bangsawan zaman penjajahan dulu
  

image054.jpg
  

image055.jpg
  

Schouwburg Batavia, 1880
  

Batavia Zoo, 1880.
  

De kathedraal
  

Kali Besar te Batavia, firma Maclaine,
  

Paleis Weltevreden (Istana Merdeka)
  

Nederlandsch-Indische Handelsbank's
  

RMS(Republik Maluku Selatan)-demonstrant
  

pelabuhan sunda kelapa/tanjung prio?
  

senen sekitar 50-60'an
  

senen th 1973
  

manggarai (gak tau taon brp neh)
  

glodok tahun 40-50
  

Hayam Wuruk 1955
  

Gadjah Mada Area 1950
  

Jalan Diponegoro 1949
  

Kramat Raya 1955
  

Kramat Raya 1955
  

Passer Baroe 1949
  

Thamrin 1950
  

Jalan Balikpapan(Menteng Raya) 1955
  

Djatinegara 1955
  

Tanjung Priok 1929
  

Tanjung Priok 1929
  

Delman 1929
  

TNI apa satpam 1929 ?
  

image082.jpg
  

image083.jpg
  

image084.jpg
  

image085.jpg
  

image086.jpg
  

image087.jpg
  

image088.jpg
  

image089.jpg
  

image090.jpg
  

Antjol 1948
  

Pasar Ikan 1946
  

image093.jpg
  

image094.jpg
  

image095.jpg
  

image096.jpg
  

image097.jpg
  

image098.jpg
  

image099.jpg
  

image100.jpg
  

image101.jpg
  

image102.jpg
  

image103.jpg
  

image104.jpg
  

Gereja Portugis 1695
  

image106.jpg
  

Tanjung Priok (1935)
  

image108.jpg
  

Gedung Film
  

image110.jpg
  

image111.jpg
  

image112.jpg
  

image113.jpg
  

image114.jpg
  

image115.jpg
  

image116.jpg
  

tanah abang 1955
  

Penghancuran Amsterdam Gate, Dec 1950
  

Lapangan Banteng 1938
  

Waterlooplein 1941
  

1929
  

1929
  

1929
  

1929
  

1929
  

1929
  

1929
  

1929
  

1929
  

1929
  

1929
  

1929
  

1929
  

1929
  

1929
  

1929
  

1929
  

1929
  

Museum Fatahillah 1929
  

image146.jpg
  

Hotel Duta Indonesian 1957
  

Hotel des Indes 1863
  
Belakang Hotel 1863
  

Hotel Des Indes 1870
  
Suasana kantor Hotel Indes, 1910.
  

Hotel Des Indes 1925
  

Roem-Royen 14 April 1949
  

Des Indes dikunjungi John Wayne (1958)
  

Pesta Tahun Baru di Hotel Des Indes
  

image157.jpg
  

Pasar Baru taon 1949 !!!
  

Pasar Baru 1935 !!!
  

image168.jpg
  

Megaria ...
  

Kali besar taon 1876 ...
  

Kali besar taon 1937 ...
  

Kali besar taon 1946 ...
  

image173.jpg
  

image174.jpg
  

image175.jpg
  

image176.jpg
  

image177.jpg
  

image178.jpg
  

image179.jpg
  

image180.jpg
  

jalan Veteran 1 (1876)
  

jalan Veteran 1 (1876)
  

jalan Veteran 1 (1937)
  

jalan Veteran 1 (1937)
  

jalan Veteran 1 (1939)
  

image186.jpg
  

image187.jpg
  

TownHall Kota [ 1990 ]
  

Tugu Peringatan Atjeh
  

Taman Wilhelmina di tahun 1912
  

Taman Wilhelmina di tahun 1912
  

Huis van de Volksraad
  

Huis van de Volksraad 1932
  

Citadel Pangeran Frederik 1932
  

Aerial View 1945
  

Tugu peringatan Michiels.
  

Tugu peringatan Michiels 1932.
  

Nisan Michiels di Taman Prasasti, Tanaha
  

Kamp POW Tjideng (1942)
  

Penghuni Kamp POW Tjideng (1942)
  

1929
  

1929
  

Museum sejarah dari masa ke masa
  

Museum sejarah dari masa ke masa
  

Museum sejarah dari masa ke masa
  

Museum sejarah dari masa ke masa
  

Museum sejarah dari masa ke masa
  

Museum sejarah dari masa ke masa
  

Museum kebanjiran (2002)
  

Hotel Des Indes 1850
  

Hotel Des Indes 1850
  

Harmoni 1876
  

Harmoni 1937
  

Harmoni 1939
  
Harmoni 1875